Dalam kehidupan sehari-hari, kata 'bersyukur' senantiasa kita dengar diungkapkan oleh orang-orang yang sedang dalam kondisi seyogianya bersyukur. Dia bersyukur karena anaknya lulus perguruan tinggi; Mereka bersyukur karena Tuhan membebaskan mereka dari kematian akibat gempa dahsyat yang meluluhlantakkan daerah mereka. Hal ini tepat untuk melukiskan ungkapan bahwa apa pun keadaanmu, baik dukacita maupun sukacita, bersyukurlah. Bagaimana kita bisa bersyukur dalam kondisi berdukacita. Itulah yang banyak 'dikeluhkan' orang-orang, termasuk saya.
Saya besar di lingkungan keluarga miskin dan sangat sederhana. Dan, ayah dan ibu saya selalu menekankan akan hal ini. Ketika hanya makan malam seadanya, Ibu saya selalu menekankan, kita syukuri saja dulu yang ada, kita sudah sering juga makan yang enak, masak makan yang kurang enak tidak mau. Begitu seringnya mendengar kata itu, hingga sekarang saya juga ikut-ikutan meneruskannya kepada anak-anak saya. Waktu itu, saya sampai berpikir, jangan-jangan orang yang bersyukur itu hanya orang yang miskin ya.... Orang yang sudah punya segala sesuatu, jangan-jangan tidak perlu bersyukur. Jujur, jawaban kegelisahan ini belum terjawab, mungkin karena saya belum pernah mengalami jadi orang kaya.
Ketika anak saya sudah memiliki permainan PlayStation 2, melihat temannya punya PS 3, ia merengek-rengek minta dibelikan juga, padahal saya belum memiliki uang untuk membelikan PS 3. Saat itu, saya serta-merta mengatakan kepada anak saya, bersyukurlah dulu sudah punya PS 2. PS 3 nanti dibelikan kalau kita sudah punya uang. Ucapan syukur ini mengajarkan anak saya pada sebuah kesabaran. Menahan diri sejenak saat keinginan tak terpenuhi.
Dari waktu ke waktu, saya menyadari bahwa hidup ini harus diisi dengan rasa syukur. Dengan rasa syukur, kita tidak terlalu gelisah menghadapi setiap kegagalan. Rasa syukur bisa mengisi celah kosong di dalam perasaan kita tatkala sesuatu yang tidak kita inginkan datang menerpa. Tinggal bagaimana caranya kita bisa memiliki rasa yang selalu bersyukur itu.
Yang saya pahami, seseorang telah memiliki rasa syukur tatkala ia tidak mengeluh ketika kegagalan atau dukacita datang dan tidak berbelebihan dalam meresponi suasana sukacita yang diterima. Ini bisa kita lakukan saat kita mengerti bahwa ada kekuasaan yang berperan dalam hidup kita. Kita tidak mengambil kendali dalam hidup kita, tetapi Dia, yang maha pencipta, yang berkuasa atas diri kita dan ada kesadaran bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita adalah seizin Dia. Bahkan, tak sehelai rambut pun terlepas dari kepala kita tanpa sepengetahuan Dia. Dengan demikian, hidup dan semua yang terjadi dalam hidup ini sudah pasti sepengetahuan Tuhan.
Kalimat motivasi di atas menjadi kekuatanku dalam melewati hari-hari bersama keluarga, bahkan dalam melalui waktu-waktu enak dan tidak enak di pekerjaan.
Orang yang bersyukur adalah orang yang tidak memiliki rasa sakit hati dan keinginan memiliki saat orang lain beroleh rezeki atau sukacita. Anda bisa mengetes hati Anda saat ini. Ketika tetangga sebelah membeli barang yang cukup berharga, apakah istri Anda juga merengek dan minta dibelikan barang yang sama? Hmmm.... bila ya, maka keluarga Anda adalah keluarga yang kurang bersyukur. Ayah saya sering berkata, bila selimut Anda masih pendek, maka saat tidur tak perlu meluruskan kaki. Artinya, cukupkanlah dirimu dengan keadaan sekarang, jangan ngoyo. Percayalah, semuanya akan dibuat indah pada saatnya.
Orang yang bersyukur adalah orang yang senantiasa memiliki empati. Ketika orang lain membutuhkan bantuan kita, dan saat tangan kita terulur memberi, rasa syukur itu telah kita miliki. Memberi tidak selalu harus diwujudkan dengan barang atau materi. Memberikan kenyamanan, menyediakan telinga kita untuk mendengar, bersedia mendampingi di saat kita dibutuhkan adalah salah satu bentuk rasa syukur kita bahwa hidup ini tak semata memikirkan ego kita sendiri. Orang sekitar kita adalah obyek rasa syukur yang kita miliki.
Kelegaan dan sukacita yang merupakan buah dari bersyukur harus kita cari dan kita praktikkan mulai dari hal-hal yang paling kecil. Saya ingat kata-kata dalam Alkitab yang mengatakan "Hati yang gembira adalah obat, tapi semangat yang patah keringkan tulang." Ya, orang yang bersukacita adalah orang yang bersyukur. Saya bersyukur kalimat-kalimat ini bisa terangkai. Saya bersyukur bila tulisan ini terbaca oleh Anda sehingga kata 'bersyukur' kembali terlintas di pikiran Anda saat ini. Hendaklah kita mengucap syukur dalam segala hal.
Saya besar di lingkungan keluarga miskin dan sangat sederhana. Dan, ayah dan ibu saya selalu menekankan akan hal ini. Ketika hanya makan malam seadanya, Ibu saya selalu menekankan, kita syukuri saja dulu yang ada, kita sudah sering juga makan yang enak, masak makan yang kurang enak tidak mau. Begitu seringnya mendengar kata itu, hingga sekarang saya juga ikut-ikutan meneruskannya kepada anak-anak saya. Waktu itu, saya sampai berpikir, jangan-jangan orang yang bersyukur itu hanya orang yang miskin ya.... Orang yang sudah punya segala sesuatu, jangan-jangan tidak perlu bersyukur. Jujur, jawaban kegelisahan ini belum terjawab, mungkin karena saya belum pernah mengalami jadi orang kaya.
Ketika anak saya sudah memiliki permainan PlayStation 2, melihat temannya punya PS 3, ia merengek-rengek minta dibelikan juga, padahal saya belum memiliki uang untuk membelikan PS 3. Saat itu, saya serta-merta mengatakan kepada anak saya, bersyukurlah dulu sudah punya PS 2. PS 3 nanti dibelikan kalau kita sudah punya uang. Ucapan syukur ini mengajarkan anak saya pada sebuah kesabaran. Menahan diri sejenak saat keinginan tak terpenuhi.
Dari waktu ke waktu, saya menyadari bahwa hidup ini harus diisi dengan rasa syukur. Dengan rasa syukur, kita tidak terlalu gelisah menghadapi setiap kegagalan. Rasa syukur bisa mengisi celah kosong di dalam perasaan kita tatkala sesuatu yang tidak kita inginkan datang menerpa. Tinggal bagaimana caranya kita bisa memiliki rasa yang selalu bersyukur itu.
Yang saya pahami, seseorang telah memiliki rasa syukur tatkala ia tidak mengeluh ketika kegagalan atau dukacita datang dan tidak berbelebihan dalam meresponi suasana sukacita yang diterima. Ini bisa kita lakukan saat kita mengerti bahwa ada kekuasaan yang berperan dalam hidup kita. Kita tidak mengambil kendali dalam hidup kita, tetapi Dia, yang maha pencipta, yang berkuasa atas diri kita dan ada kesadaran bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita adalah seizin Dia. Bahkan, tak sehelai rambut pun terlepas dari kepala kita tanpa sepengetahuan Dia. Dengan demikian, hidup dan semua yang terjadi dalam hidup ini sudah pasti sepengetahuan Tuhan.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Kalimat motivasi di atas menjadi kekuatanku dalam melewati hari-hari bersama keluarga, bahkan dalam melalui waktu-waktu enak dan tidak enak di pekerjaan.
Orang yang bersyukur adalah orang yang tidak memiliki rasa sakit hati dan keinginan memiliki saat orang lain beroleh rezeki atau sukacita. Anda bisa mengetes hati Anda saat ini. Ketika tetangga sebelah membeli barang yang cukup berharga, apakah istri Anda juga merengek dan minta dibelikan barang yang sama? Hmmm.... bila ya, maka keluarga Anda adalah keluarga yang kurang bersyukur. Ayah saya sering berkata, bila selimut Anda masih pendek, maka saat tidur tak perlu meluruskan kaki. Artinya, cukupkanlah dirimu dengan keadaan sekarang, jangan ngoyo. Percayalah, semuanya akan dibuat indah pada saatnya.
Orang yang bersyukur adalah orang yang senantiasa memiliki empati. Ketika orang lain membutuhkan bantuan kita, dan saat tangan kita terulur memberi, rasa syukur itu telah kita miliki. Memberi tidak selalu harus diwujudkan dengan barang atau materi. Memberikan kenyamanan, menyediakan telinga kita untuk mendengar, bersedia mendampingi di saat kita dibutuhkan adalah salah satu bentuk rasa syukur kita bahwa hidup ini tak semata memikirkan ego kita sendiri. Orang sekitar kita adalah obyek rasa syukur yang kita miliki.
Kelegaan dan sukacita yang merupakan buah dari bersyukur harus kita cari dan kita praktikkan mulai dari hal-hal yang paling kecil. Saya ingat kata-kata dalam Alkitab yang mengatakan "Hati yang gembira adalah obat, tapi semangat yang patah keringkan tulang." Ya, orang yang bersukacita adalah orang yang bersyukur. Saya bersyukur kalimat-kalimat ini bisa terangkai. Saya bersyukur bila tulisan ini terbaca oleh Anda sehingga kata 'bersyukur' kembali terlintas di pikiran Anda saat ini. Hendaklah kita mengucap syukur dalam segala hal.