Pedestrian
Kata ini sering sekali menjadi perbincangan para pengguna bahasa Indonesia. Hal ini karena kata pedestrian sering dipakai secara keliru. Masyarakat taunya pedestrian itu bahu jalan untuk pejalan kaki, padahal arti sebenarnya adalah 'pejalan kaki'.
Bila saja kita mau sedikit berusaha membuka kamus bahasa Indonesia, kesalahan seperti di bawah ini tidak akan terjadi.
Pembangunan pedestrian di Surabaya kini mulai banyak yang rusak. Kerusakan ini lantaran tidak seluruhnya berkualitas baik dan sesuai dengan kontrak kerjanya dengan pemkot. (Selengkapnya di sini)
Bangunan pedestrian di sejumlah jalan di Kota Surabaya mulai banyak yang rusak akibat kurangnya perawatan dari pihak pemerintah setempat. (Selengkapnya di sini)
Jalur Lambat Jadi Pedestrian (Selengkapnya di sini)
Dari papan proyek yang berdiri di sekitar taman, diketahui jika proyek pedestrian ini melibatkan beberapa instansi pemerintah seperti, Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Pertamanan Kota dan Dinas Perindustrian dan Energi. (Selengkapnya di sini)
Contoh-contoh di atas saya ambil secara acak di internet. Dari contoh itu paling tidak menunjukkan betapa kita gamang dalam menggunakan kata pedestrian tersebut. Padahal, dengan menambahkan satu kata saja di depan kata 'pedestrian' itu, yakni kata 'jalur', maka arti yang dimaksudkan menjadi benar.
Tidak saja di media massa, kekeliruan pemakaian kata ini juga sudah merambah di masyarakat. Lihat saja penyebutan trotoar di Jalan Prof Dr Satrio, Jakarta Selatan, dengan Satrio Pedestrian, padahal seharusnya disebut Satrio Sidewalk (Trotoar Satrio). Agaknya 'pedestrian' dan 'sidewalk' dianggap sama. Inilah kekeliruannya.

Bila saja kita mau sedikit berusaha membuka kamus bahasa Indonesia, kesalahan seperti di bawah ini tidak akan terjadi.
Pembangunan pedestrian di Surabaya kini mulai banyak yang rusak. Kerusakan ini lantaran tidak seluruhnya berkualitas baik dan sesuai dengan kontrak kerjanya dengan pemkot. (Selengkapnya di sini)
Bangunan pedestrian di sejumlah jalan di Kota Surabaya mulai banyak yang rusak akibat kurangnya perawatan dari pihak pemerintah setempat. (Selengkapnya di sini)
Jalur Lambat Jadi Pedestrian (Selengkapnya di sini)
Dari papan proyek yang berdiri di sekitar taman, diketahui jika proyek pedestrian ini melibatkan beberapa instansi pemerintah seperti, Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Pertamanan Kota dan Dinas Perindustrian dan Energi. (Selengkapnya di sini)
Contoh-contoh di atas saya ambil secara acak di internet. Dari contoh itu paling tidak menunjukkan betapa kita gamang dalam menggunakan kata pedestrian tersebut. Padahal, dengan menambahkan satu kata saja di depan kata 'pedestrian' itu, yakni kata 'jalur', maka arti yang dimaksudkan menjadi benar.
Tidak saja di media massa, kekeliruan pemakaian kata ini juga sudah merambah di masyarakat. Lihat saja penyebutan trotoar di Jalan Prof Dr Satrio, Jakarta Selatan, dengan Satrio Pedestrian, padahal seharusnya disebut Satrio Sidewalk (Trotoar Satrio). Agaknya 'pedestrian' dan 'sidewalk' dianggap sama. Inilah kekeliruannya.