Langsung ke konten utama

Pemudik Meninggal

Ada rasa miris membaca angka statistik kecelakaan lalu lintas masa Lebaran dari tahun ke tahun. Kompas dan beberapa media melaporkan data itu kepada kita. Jumlah orang yang meninggal dunia selama Lebaran 2010 tercatat 453 orang. Data ini dipantau dari 3 September 2010 (H-7) hingga 12 September 2010 (H+1). Waow, hampir setengah juta orang meregang nyawa secara sia-sia.

Secara keseluruhan memang tahun 2010 angka kematian berkurang dibandingkan tahun 2009 (702 orang). Tetapi, dari jumlah kasus kecelakaan tahun 2010 (1.811 kasus) meningkat ketimbang tahun 2009 (1.646 kasus). Pertanyaan kita adalah bagaimana meminimalkan angka kematian tersebut pada Lebaran mendatang? Korban meninggal semestinya ditekan sesedikit mungkin. Bahkan, harapan (das sein)-nya, kalau bisa, setiap arus mudik dan arus balik berlangsung tanpa ada korban meninggal.


Membaca faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan sehingga menimbulkan kematian nyatanya tak jauh berubah dari tahun ke tahun, lebih banyak disebabkan faktor kelelahan pengendara, kerusakan kendaraan, dan kerusakan jalur transportasi.

Pemudik yang sangat riskan terhadap kecelakaan yang menyebabkan kematian adalah pengguna sepeda motor. Tempointeraktif.com menulis, pemudik berkendaraan roda dua tahun ini diperkirakan mencapai 3,6 juta orang. Suatu angka yang sangat fantastis.

Saya tak habis pikir kenekatan perantau di Jakarta pulang ke Jawa Tengah atau Jawa Timur dengan menggunakan sepeda motor. Menempuh jarak hampir 1.000 kilometer (Jakarta-Surabaya) tentu bukanlah sesuatu yang mudah. Dibutuhkan kesegaran tubuh yang prima, kondisi motor yang yahud, dan kehati-hatian yang tinggi. Tidak itu saja. Saya juga hampir tak percaya bagaimana kenekatan pemudik memboncengkan keluarganya termasuk anak-anak yang masih kecil pulang ke kampung halaman dengan motor.

Salah satu alasan pemudik menggunakan sepeda motor adalah efesiensi. Baik waktu dan uang. Alasan ekonomi. Tetapi, apakah pemudik itu tidak memikirkan keselamatannya ya? Saya saja, ketika masih tinggal di Depok yang berjarak lebih kurang 40 kilometer dari tempat kerja saya di Jakarta, begitu waswas akan keselamatan saya.

Kelelahan yang mendera sepanjang perjalanan jauh sangat memengaruhi konsentrasi dalam berkendara. Memang dalam perjalanan tentu tidak dilaksanakan dengan terus-menerus. Ada jeda, ada waktu istirahat di beberapa titik sebelum sampai ke kampung halaman untuk berlebaran. Namun, ada degradasi tenaga yang sangat signifikan. Tenaga yang tersedia saat berangkat akan makin menurun seiring jauhnya memacu kendaraan.

Dalam kesempatan ini saya hanya mengusulkan kepada para pemudik, terutama yang akan pulang ke tempat yang jauh, seperti ke Surabaya, untuk berpikir ulang mudik dengan sepeda motor. Ada banyak keuntungan yang Anda dan keluarga peroleh. Selain bisa berlebaran dengan selamat, Anda dan keluarga juga tentu akan memiliki tenaga yang fit saat bertemu dengan keluarga di kampung halaman.

Barangkali alasan keefektifan dan ekonomis bisa diatasi dengan "manajemen mudik" yang baik yang Anda bisa siapkan mulai dari sekarang. Hitunglah biaya yang Anda dan keluarga keluarkan untuk ongkos pengiriman motor Anda dan biaya tiket untuk naik moda angkutan yang lain, seperti bus, kereta api, ataupun pesawat terbang. Setelah ada hasil hitung-hitungannya, Anda akan bisa menabung uang dari sekarang untuk pulang Lebaran 2011.

Saya yakin, kalau para pemudik mulai mempersiapkan diri dari sekarang untuk mudik Lebaran 2011 mendatang, jumlah yang meninggal sia-sia tentu akan jauh berkurang. Selain itu, kepuasan yang direnggut saat bertemu keluarga juga tentu sangat jauh lebih berasa karena suasana batin yang tidak terganggu oleh rasa capek dan penat selamat perjalanan.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan juga kementerian yang terkait, untuk mulai dari sekarang juga memikirkan penyediaan transportasi yang baik untuk Lebaran 2010. Pembenahan pelayanan angkutan massal perlu dilakukan agar lebih baik. Bagaimana caranya, pemerintah pasti sudah tahu, tinggal niat baik saja, mau apa tidak.

Mari kita menyambut Lebaran 2011 dengan penuh antusias.

Postingan populer dari blog ini

Pergantian atau Penggantian?

Apakah Anda termasuk salah seorang yang bingung dalam penggunaan kata ‘pergantian’ dan ‘penggantian’? Jangan sedih sebab Anda tidak sendiri. Masih banyak orang yang bingung memilih ‘pergantian’ atau ‘penggantian’. Saya juga termasuk dalam daftar orang yang bingung itu. Akan tetapi, itu saya alami dulu, sekarang sudah tidak bingung lagi. Bagaimana caranya agar kita tidak bingung dalam memakai kedua kata ini? Sepintas memang tidak ada perbedaan antara keduanya sehingga orang beranggapan kita manasuka dalam pemakaiannya. Anggapan itu agaknya salah. Kedua kata itu membawa maknanya masing-masing ketika berada di dalam kalimat. Perhatikan contoh ini, ‘penggantian’ kepala desa berlangsung ricuh . Hal yang perlu kita lakukan adalah melihat verba kata itu, yakni ‘mengganti’ atau ‘berganti’. Kita bisa mengetahui hal ini dengan membaca konteks berita atau peristiwa dengan mencari tahu alasan di balik lengsernya kepala desa tersebut. Bila sang kepala desa digantikan karena sesuatu masalah, padahal...

“Perajin” atau “Pengrajin”

Setelah kata Pergantian dan Penggantian yang membuat kita bingung, kita juga dibingungkan mana yang benar, 'perajin' atau 'pengrajin, 'perusak' atau 'pengrusak'? Pemakaian kata ini sangat bersaing di masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV Pusat Bahasa sublema pengrajin yang diturunkan dari lema rajin bermakna perajin n 1 orang yg bersifat rajin: para ~ itu bekerja keras meningkatkan hasil kerjanya; 2 sesuatu yg mendorong untuk menjadi rajin: perusahaan memberikan hadiah lebaran satu bulan gaji sbg ~ pegawai; 3 orang yg pekerjaannya (profesinya) membuat barang kerajinan; Dari cara Pusat Bahasa menuliskan makna pengrajin yang sama artinya dengan perajin itu, kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya bentuk pengrajin sah-sah saja dipakai alih-alih perajin . Hal ini semakin membuat kita bingung dan timbul pertanyaan mengapa KBBI tidak tegas menentukan kata yang benar? Salah satu karakter KBBI adalah merekam semua kata yang ada dan ...

Inilah Kekeliruan dalam Berbahasa Indonesia (3)

Pedestrian Kata ini sering sekali menjadi perbincangan para pengguna bahasa Indonesia. Hal ini karena kata pedestrian sering dipakai secara keliru. Masyarakat taunya pedestrian itu bahu jalan untuk pejalan kaki, padahal arti sebenarnya adalah 'pejalan kaki'. Bila saja kita mau sedikit berusaha membuka kamus bahasa Indonesia, kesalahan seperti di bawah ini tidak akan terjadi. Pembangunan pedestrian di Surabaya kini mulai banyak yang rusak. Kerusakan ini lantaran tidak seluruhnya berkualitas baik dan sesuai dengan kontrak kerjanya dengan pemkot. ( Selengkapnya di sini ) Bangunan pedestrian di sejumlah jalan di Kota Surabaya mulai banyak yang rusak akibat kurangnya perawatan dari pihak pemerintah setempat. ( Selengkapnya di sini ) Jalur Lambat Jadi Pedestrian ( Selengkapnya di sini ) Dari papan proyek yang berdiri di sekitar taman, diketahui jika proyek pedestrian ini melibatkan beberapa instansi pemerintah seperti, Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Pertamanan Kota dan Dinas...