pagi belum merekah betul
suara cit-citmu menambah hiruk pagiku
kau hinggap di jeruji pagar putih
meloncat ke bawah mematuk-matuk
tak jarang berjemur di pagar putihku
masih terus mencit-cit
tebersit hati ingin menangkapmu
tapi apakah kamu mau?
seperti biasa, kamu tak mau...
aku tahu karaktermu
agar kamu tahu, burung kecil
putri kecilku sering mengintipmu
berkali-kali ia memanggilmu
tapi seperti biasa... kamu tuli
kamu tak mengacuhkan dia
seperti ia tak sedang bicara denganmu.
"mari burung kecil, masuk ke rumahku"
begitu ia acap kali memanggilmu
entah karena ia masih kecil
lalu kamu tak peduli dengan dia?
entah karena tak mau berteman
lalu tak menggubris dia?
begitu putriku menganggapmu
wahai burung kecil...
karena cintaku kepada putriku
pernah kuingin memaksamu berteman dengan dia
tetapi kamu sama saja, seperti biasa
abai dan tak peduli juga dengan aku
entah karena aku tak hirau
lalu engkau pun tak hirau?
apa karena aku sering mengusikmu
mengusirmu dengan segala tingkah...
barangkali kamu marah seraya bersumpah-serapah?
engkau seakan mudah dirayu
engkau seperti gampang ditakluk
ternyata tidak sama sekali
engkau kepala batu
barangkali juga susah diatur...
tapi, putriku tahu
setiap pagi kamu pun datang kembali
setiap pagi dia mengintipmu lewat pintu
seperti biasa, sambil mengajakmu masuk....
bila kau pergi, pergilah
kuambil waktuku mengajari putriku
bahwa burung gereja takkan dendam
ia akan datang kembali
walau kemarin terusir dan terusik
bila kau pergi, pergilah
kuberitahu putriku bahwa burung gereja
tak mau dipaksa masuk ke rumah
burung gereja punya jalan sendiri
mereka dengan dunia sendiri
beda dengan duniamu putriku.
bila kau datang, datanglah
burung gereja bebas terbang
bebas mengarungi semesta.
(Senin dini hari, 6 September 2010)
suara cit-citmu menambah hiruk pagiku
kau hinggap di jeruji pagar putih
meloncat ke bawah mematuk-matuk
tak jarang berjemur di pagar putihku
masih terus mencit-cit
tebersit hati ingin menangkapmu
tapi apakah kamu mau?
seperti biasa, kamu tak mau...
aku tahu karaktermu
agar kamu tahu, burung kecil
putri kecilku sering mengintipmu
berkali-kali ia memanggilmu
tapi seperti biasa... kamu tuli
kamu tak mengacuhkan dia
seperti ia tak sedang bicara denganmu.
"mari burung kecil, masuk ke rumahku"
begitu ia acap kali memanggilmu
entah karena ia masih kecil
lalu kamu tak peduli dengan dia?
entah karena tak mau berteman
lalu tak menggubris dia?
begitu putriku menganggapmu
wahai burung kecil...
karena cintaku kepada putriku
pernah kuingin memaksamu berteman dengan dia
tetapi kamu sama saja, seperti biasa
abai dan tak peduli juga dengan aku
entah karena aku tak hirau
lalu engkau pun tak hirau?
apa karena aku sering mengusikmu
mengusirmu dengan segala tingkah...
barangkali kamu marah seraya bersumpah-serapah?
engkau seakan mudah dirayu
engkau seperti gampang ditakluk
ternyata tidak sama sekali
engkau kepala batu
barangkali juga susah diatur...
tapi, putriku tahu
setiap pagi kamu pun datang kembali
setiap pagi dia mengintipmu lewat pintu
seperti biasa, sambil mengajakmu masuk....
bila kau pergi, pergilah
kuambil waktuku mengajari putriku
bahwa burung gereja takkan dendam
ia akan datang kembali
walau kemarin terusir dan terusik
bila kau pergi, pergilah
kuberitahu putriku bahwa burung gereja
tak mau dipaksa masuk ke rumah
burung gereja punya jalan sendiri
mereka dengan dunia sendiri
beda dengan duniamu putriku.
bila kau datang, datanglah
burung gereja bebas terbang
bebas mengarungi semesta.
(Senin dini hari, 6 September 2010)